Asing bersaing di negeri sendiri

Tulisan ini sudah agak kelewat matang-nya. Karena ter simpan dalam folder draft yang lama tidak Saya tengok lagi.

Cerita tentang rencana memasukkan orang luar negeri untuk menjadi rector Di University di Indonesia belum Lagi hilang dari ingatan, sudah datang Lagi rencana memasukkan calon lulusan university luar negeri untuk menjadi bagian dari team ahli dalam rencana pemindahan ibu kota negara. Baca disini

Banyak yang menentang rencana tersebut. Setidak nya dari wa group yang banyak saya ikuti, anggota nya cukup intense menyuarakan suara sumbang tentang lulusan LN atau bahkan WNA yang menjabat posisi penting Di dunia akademis Indonesia. Entah dari sisi cultural yang tidak paham “sikut sikutan” nya orang Indonesia atau kecemburuan sosial soal pangkat atau umur. Selain itu juga arguments yang mengatakan banyak orang dengan pendidikan Indonesia yang sangat mampu menduduki posisi posisi penting tersebut. Hanya karena system Indonesia yang tidak mendukung saja yang membuat anak anak negeri seperti kalah jauh dari counterparts nya Di LN. Jadi perbaiki system lebih priority.

Bersaing sejak dulu

Ingatan Saya kemudian terbang ke sekitar 10-15 tahun lalu ketika Saya temui banyak kawan Indonesia yang cukup muda usia nya sudah wira wiri Di multinationals company. Ada yang Di west Europe, Scandinavia, Australia, atau Middle East. Mereka menjual skill Dan competencies mereka yang Di dapat dari bangku sekolah di Indonesia. SD, SMP, SMA Dan kuliah semua Di habis kan Di Indonesia. Lalu mereka bersaing dengan lulusan lulusan lain dari seluruh dunia untuk mendapatkan posisi tersebut. Bukan main main, Ada yang men design software pesawat terbang Di airbus, atau pegang IT Di kantor EU.

Kow bisa? Ada yang mendapatkan nya dengan mudah (jokingly, cuma Di test untuk turn on the PC atau via supervisor waktu lanjut kuliah Di LN) ada juga yang Di transfer dari US dst. Ada yang agak agak susah, harus benar benar melewati beberapa ujian (bahasa Germany misalnya) padahal bahasa Inggris saja masih second language.

Saya sendiri sudah ke LN sejak selesai kuliah S1.

Take home message.

Synergy antara lulusan orang Indonesia diperlukan Dan luar negeri atau expat dari negara lain diperlukan. Hanya saja, untuk memastikan kerja sama tersebut berjalan, ego setiap orang atau lembaga harus di-turun-kan.

Kebanggaan lulusan internationals atau univ terkenal harus nya Di simpan dalam-dalam Dan tidak perlu Di tunjukkan. Sementara ego kami yang lebih tahu Dan lebih ber pengalaman juga harus nya Di letakkan di belakang.

Mari sama sama kita niat kan untuk saling belajar. Tidak menghakimi atau menggurui. Kedepankan unsur professionalisms Dan business as usual saja.

Memang mudah untuk Di tulis. Tapi Kenyataannya kebijakan ini pasti akan menemui tantangan. Saya yakin kita bisa.